Minggu, 08 Maret 2015

[Story About Us : 2] Selamat pagi Mentari

Kicau burung sudah mulai ribut di luar, Mentari juga sudah menembus dengan sinarnya seolah merambat lurus di udara dari sudut jendela. TV masih menyala dengan koar-koarnya penyiar berita, masih dengan segala pemberitaan politik yang selama ini sering menjadi trending topik. setiap hari ada saja kasus antar pejabat tinggi yang tak pernah akur. kadang kasus tersebut malah menjadi guyonan anak-anak netizens di social media, ya karena masyarakat sudah terlalu capek melihat drama politik yang ada di bangsa ini. 
ku tengok jam yang menggantung di dinding sudah menunjukan pukul 07.00 pagi. Tapi bukan itu yang sebenarnya membangunkanku pagi ini, melainkan BBM dari Nara mengingatkan bahwa hari ini kita ada janji sama Elsa untuk makan siang melanjutkan pembicaraan mengenai bisnis kemaren.
Tidak tau kenapa, badan ini rasanya langsung bersemangat. diiringi detak jantung yang tak tentu. ini seperti perasaan di hari pertama mau masuk kerja, tak tentu, tak jelas, dan tak karuan. aku habiskan waktu setengah jam hanya untuk memilih baju, celana, dan sepatu. serasa tidak ada yang sesuai dengan mood semua pakaian yang ada di lemari. selesai memilah pakaian buat kerja hari ini aku duduk kembali sambil mengambil sebatang rokok, melamun tenang di depan kos. masih meraba-raba malam td yang terjadi hanya hayalanku atau hanya sekedar bunga tidur. otakku memacu keras berusaha mengingat setiap detail yang terjadi, aku seolah bermimpi bertemu seseorang yang aku dambakan, tapi detailnya sudah lupa mimpinya seperti apa. yang terasa saat bangun tidur hanya perasaan bahagia yang tak biasa.

"ahhhh, dasar bidadari berkacamata" gumamku dalam hati sambil tersenyum girang sendiri

baru mau beranjak dari lamunanku terdengar klakson mobil tepat di pinggir jalan di depan Kos, dari mobilnya ini pasti si Nara yang pagi-pagi sudah menjemput buat kerja. benar saja tak lama dia turun dari mobil sambil tersenyum dengan baju kotak-kotaknya. laki-laki berperawakan sedang ini kalau dilihat dari jauh samar-samar mirip pak jokowi lagi muda ditambah lagi baju yang dipakainya hari ini.
sejak pindah ke balikpapan, memang hanya dia teman kerja yang sohib banget. dia hanya beda 3 hari lebih dulu datang ke balikpapan dari aku. sejak bertemu saat itu kita sering jalan bareng, ketemu klien bareng, bahkan sampai curhat bareng. karena keterikatan kita sama-sama anak perantauan mungkin kita jadi lebih dekat. dan hobi yang sama untuk mengeksplor kota yang menjadi tempat tinggal kita sekarang. mulai dari wisata kuliner sampai mencari-cari tempat wisata lainnya.

"ayo berangkat cuy, kita sarapan dulu di depan"
"lu mah kecepatan jemputnya, belum juga gue mandi. tunggu bentar ya, jangan masuk kamar gue, ada barang-barang yang ga boleh lu liat cuy" sambil tertawa aku masuk ke kamar lagi buat mandi pintu dikunci dari dalam, Nara hanya menunggu di teras karena kamarku yang berantakan jadi aku malu mengajak dia ke dalam.
...

Sepanjang perjalanan dari warung di depan sampai kantor, kita masih ngerumpi masalah kerjaan. 

[Story About Us : 1] Bidadari berkaca mata

Tepat pukul 12 di sabtu malam.
ku rebahkan badan diatas kasur. kasur satu-satunya di kamar kos dengan lebar kurang lebih 1 meter dan berlapiskan sebuah alas yang kusam berwarna biru. hanya terdapat satu bantal penyangga kepala. terdengar bunyi khas per penyangga kasur saat ku jatuhkan badan di atasnya. raga ini sudah beri isyarat untuk di istirahatkan akibat aktivitas seharian di salah satu hari yang panjang.
kamar kos ini kadang terasa seperti penjara, sisi-sisinya hanya ada beton dengan cat hijau pudar yang diterangi satu bohlam lampu kuning redup. hanya ada satu jendela tepat di samping tempat tidur. bintang-bintang samar terlihat dari kain tipis berwarna putih dengan motif lubang-lubang bulat kecil simetris sebagai penutup jendela. ada lemari tua tempat bertumpuknya pakaian, lemari tersebut bertumpu pada tembok di salah satu sisi pojok kos. Televisi sibuk dengan acaranya sendiri, ku nyalakan hanya sebagai pengalihan perhatian bahwa aku benar-benar sendirian di kamar sempit ini. alam khayal mulai me-replay segala sesuatu yang telah terjadi hari ini, satu persatu peristiwa mulai silih berganti bagaikan sebuah video yang tak berhenti berjalan, tanpa jeda tanpa iklan. khayalanku mulai perlahan terhenti pada satu sosok manis, mata indahnya terlapisi kacamata minimalis.
tawa itu mulai terlintas, candanya merayu manja dipikiran, sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang teman jika ku habiskan untuk memikirkan dirinya.
acap kali mata mencoba terpejam, tapi perlahan lintas kenang senyumnya mulai menggoda malam. semakin aku terpejam semakin jelas momen-momen tersebut. momen ini terlalu indah untuk berlalu sesegera mungkin. tak banyak sebenarnya kicau antara kita, aku lebih banyak diam saat bertemu. aku terlalu sibuk memperhatikan setiap detail sosoknya. wajahnya, gaya bicaranya, posisi duduknya, cara makannya, cara dia pegang sendok, dan segala gerak-geriknya. bahkan saat saus kari menempel tipis di bawah bibirnya itu terlihat sangat imut, rasanya ingin aku berlari mengambil tisu lalu membersihkan pelan bagian tersebut. tapi semua itu itu hanya bagian nakal dari khayalanku, kenyataanya, aku hanya duduk manis di seberangnya terpisahkan meja kayu tempat kita makan. sedangkan dia sibuk ngobrol tentang bisnis dengan Nara, partner kerjaku di kantor. terkadang dia balas menatapku, dengan sigap aku mengalihkan pandangan seolah-olah sibuk dengan smartphone yang sebenarnya hanya menampilkan bagian wallpaper dengan layar terkunci.

"Dalam diam aku tertegun, mulut terkunci saat hati berpujangga ucap kalimat-kalimat Tentang Kita"

sosok itu manis, smart, dan berkacamata. badan yang proporsional menggunakan baju jeans yang rapi. rambut hitam panjang terikat indah kebelakang. ingin rasanya aku cubit-cubit pipi mulus itu. bukan aku nakal, hanya ingin membuktikan apakah benar dia juga manusia. karena dirinya lebih indah dari segala dongeng yang selama ini menggambarkan sosok bidadari. 

Setan mana lagi yang bersinggah ini? sudah lah, tak bosankah kau buatku kecewa dengan godaanmu?
cukuplah pada pandangan pertama aku mengaguminya, jangan kau bumbui nafsu hingga lebih harapku jadinya. bisikanmu tak berarti saat ini. benar dia indah, tapi baknya pelangi biar ku nikmati dia sementara dan segera sadarkanku jika momen itu sudah terlewati.

perlahan mataku mulai lelah, khayalan sudah terlihat semakin samar, kicauan presenter acara gosip malam itu sudah mulai tak terdengar jelas. tanpa tersadar mimpi sudah melahapku pulas malam ini.

...